Fiqih Ibadah (Thaharah bagian II)

Makalah Fiqih Ibadah

BAB I
Thaharah (bersuci) II

Macam-macam Thaharah dan Hal yang membatalkanya.

A. Istinja’
Bersuci dari buang air besar atau buang air kecil, disebut Istinja’. Istinja’ dapat dilakukan dengan salah satu dari 3 cara, yaitu:
1. Membasuh tempat keluarnya najis dengan air sampai bersih.
2. Membersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu. Jika tidak ada batu dapat digunakan benda-benda yang lain asal kesat/keras.
3. Dibersihkan terlebih dahulu dengan batu, kemudian dibasuh dengan air.

Syarat-syarat istinja’ dengan menggunakan batu atau benda yang keras:
1. Batu atau benda itu keras tapi tidak melukai dan harus suci serta dapat untuk membersihkan najis.
2. Batu atau benda itu tidak bernilai (dihormati), misalnya bukan bahan makanan dan bukan batu mesjid.
3. Sekurang-kurangnya dengan tiga kali sapuan dan sampai bersih.
4. Najis yang akan dibersihkan belum kering.
5. Najis itu tidak pindah dari tempat keluarnya, misalnya pindah ke kaki dsb.
6. Najis itu belum bercampur dengan benda lain, walaupun benda itu suci, misalnya tidak terpecik oleh air pada najis itu.

B. Mandi
1. Pengertian mandi menurut syara’:
Mandi menurut syara’ ialah meratakan air pada seluruh badan untuk membersihkan/mengangkat hadast besar.
Cara menghilangkan hadast besar dengan mandi wajib, yaitu membasuh seluruh tubuh mulai puncak kepala/ujung rambut hingga ujung kaki.

Firman Allah dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقْرَبُواْ الصَّلاَةَ وَأَنتُمْ سُكَارَى حَتَّىَ تَعْلَمُواْ مَا تَقُولُونَ وَلاَ جُنُباً إِلاَّ عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىَ تَغْتَسِلُواْ
Artinya:
“Janganlah kamu sekalian kerjakan shalat dikala kamu sedang mabuk hingga kamu mengetahui apa yang kamu katakan, dan jangan pula kamu kerjakan shalat ketika kamu sedang “Junub” kecuali lewat tempat sholat saja, sebelum kamu mandi lebih dahulu”.
(QS. An-Nisa: 43)

2. Sebab-sebab yang mewajibkan mandi:
Tentang sebab-sebab orang diwajibkan mandi sebagai berikut:
a. Hubungan kelamin, yaitu bertemunya dua khitanan (persunatan) laki-laki dan perempuan.
b. Keluar Mani.
c. Mati.
d. Haidh (datang bulan) yaitu keluar darah secara wajar dari rahim wanita beberapa hari pada tiap-tiap bulan.
e. Melahirkan anak.
f. Nifas, yakni darah yang keluar dari rahim wanita sehabis melahirkan anak.

3. Rukun Mandi.
Tentang rukun mandi ini dapat diutarakan sebagai berikut:
a. Niat, yakni menyengaja mandi untuk menghilangkan hadast besar.
b. Membasuh badan.
c. Menghilangkan najis yang ada pada badan.
d. Meratakan air ke seluruh rambut dan kulit.




4. Sunnat-sunnat mandi:
Mengenai sunnat-sunnat mandi ini dapat diperinci sebagai berikut:
a. membaca Bismillahirrahmanirrahim.
b. Berwudlu’ sebelum mandi.
c. Menggosok badan dengan tangan.
d. menyilang-nyilangi rambut (membersihkan rambut) dan celah-celah anggota badan.
e. Memulai membasuh kepala, kemudian membasuh anggota-anggota badan yang sebelah kanan dahulu.
f. Meniga kalikan pembasuhan anggota badan.
g. Beriring, yaitu tidak lama waktunya antara membasuh sebagian anggota badan yang satu dengan yang lain.

5. Mandi sunnat:
Di samping mandi yang bersifat wajib dalam agama Islam ada mandi yang bersifat anjuran, yaitu:
a. Orang yang baru masuk Islam.
b. Orang yang baru sembuh dari gila dan pingsan.
c. Untuk menghadiri sholat jum’at, sholat hari raya.
d. Untuk sholat itisqa’ (minta hujan)
e. Habis memandikan mayat.
f. Masuk negeri Mekkah.
g. Wukuf di Padang ‘Arafah.
h. Melempar jumrah. Dll.

C. Berwudlu.
1. Arti Wudlu’
Wudlu menurut loghat berarti bersih dan indah. Menurut syara’ berarti membersihkan anggota-anggota wudlu’ untuk menghilangkan hadast kecil.
Wudlu’ juga adalah suatu syarat untuk sahnya shalat yang dikerjakan sebelum seseorang mengerjakan sholat.
2. Syarat sahnya wudlu’
Wudlu baru dikatakan sah, apabila ada syarat-syarat sebagi berikut:
a. Islam ; orang yang tidak beragama Islam tidak sah mangerjakan wudlu’.
b. Mumayyiz ; orang yang sudah dapat membedakan hal yang baik dan buruk.
c. Dikerjakan (menggunakan) air yang suci dan mensucikan untuk mengangkat hadast.
d. Tidak ada sesuatu benda yang dapat menghalangi sampainya air wudlu pada anggota wudlu’.

3. Fardlu wudlu’:
a. Niat
b. Membasuh muka.
c. Membasuh dua belah tangan sampai siku.
d. Menyapu sebagian dari rambut kepala.
e. Membasuh dua belah kaki sampai kedua mata kaki.
f. Tertib; artinya menurut urutan dari nomor satu sampai lima.

4. Sunnat-sunnat wudlu’:
a. Membaca “Bismillahirrahmaanirrahim” sebelum wudlu’
b. Membasuh telapak tangan sampai pergelangan tangan.
c. Berkumur-kumur dan membersihkan lobang hidung.
d. Membasuh seluruh kepala.
e. Mengusap dua buah telinga bagian luar dan dalam.
f. Mendahulukan anggota wudlu’ yang kanan dari pada yang kiri.
g. Meniga kalikan pada tiap-tiap membasuh anggota wudlu’ dan berkumur.
h. Berurutan ; artinya tidak sama selang waktunya dalam mengerjakan anggota yang satu dengan yang lain.
i. Tidak boleh berkata-kata ketika mengerjakan wudlu’.
j. Bersiwak (menggosok gigi)
k. Menghadap kiblat.
l. Membaca do’a setelah mengerjakan wudlu’.

Yang membatalkan wudlu’
1. Keluarnya sesuatu dari qubul & dubur meskipun hanya angin.
2. Hilang akal karena gila, pingsan, mabuk atau tidur nyenyak.
3. Bersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dan tidak memakai tutup.
4. Tersentuh kemaluan (qubul & dubur) dengan telapak tangan atau jari yang tidak memakai tutup.
D. Bersiwak (Bersugi)
Bersiwak atau bersugi artinya menggosok gigi dengan benda yang kesat dan harum. Bersiwak itu banyak manfaatnya, dia dapat mewangikan mulut, menguatkan gusi, menghilangkan penyakit gigi dan menambah rajin membaca.
Makruh bersiwak bagi orang yang sedang berpuasa sesudah gelincir matahari, karena bau mulut orang yang berpuasa itu dinyatakan lebih harum dibandingkan dengan minyak kasturi. Dilihat dari segi ibadahnya, bersiwak itu menambah nilai pahala yang shalat.

E. Tayammum.
1. Arti Tayammum :
Kata tayammum menurut bahasa berarti menuju. Sedangkan menurut syara’ ialah mempergunakan tanah yang bersih guna menyapu muka dan tangan untuk mengangkat hadast menurut cara yang telah ditentukan oleh syara’.
Tayammum dapat menggantikan wudlu’ dan mandi jannabah dengan syarat-syarat tertentu. Tayammum juga dapat juga dilakukan bagi orang yang tidak diperkenankan air karena sakit atau kesulitan untuk mendapatkan air. Orang yang diperbolehkan tayammum ialah:
a. Orang yang sedang sakit bila terkena air akan menambah sakitnya.
b. Orang yang sulit mendapatkan air misalnya karena diperjalanan.
c. Tidak ada air.

2. Syarat-syarat sahnya tayammum.
a. Telah masuk waktu shalat.
b. Sudah berusaha mencari air, tetapi tidak mendapatkanya sedangkan waktu shalat sudah masuk.
c. Dengan menggunakan tanah / debu yang bersih.
d. Bertambah parah sakitnya jika terkena air.
e. Tidak ada air.


3. Rukun / fardlunya tayammum :
a. Niat
b. Mengusap muka dan dua tangan dengan debu yang bersih hingga siku.
c. Meratakan debu kepada anggota yang di usap (meratakan yang dimaksud bukan sebagaimana menggunakan air dalam berwudlu, tetapi cukup menyapukan saja dan bukan mengoles-oles sehingga rata seperti menggunakan air).

4. Sunnat-sunnat tayammum.
a. Membaca “Bismillahirrahmaanirrahim”.
b. Mendahulukan anggota yang kanan dari pada yang kiri.
c. Menipiskan debu (jika debu telah ditangan/telapak tangan).
d. Membaca dua kalimat syahadat, setelah selesai tayammum, seperti halnya selesai wudlu’.

5. Hal-hal yang membatalkan wudlu’ :
a. Segala yang membatalakan wudlu’.
b. Melihat air sebelum melakukan sembahyang.
c. Murtad, yaitu mengingkari agama Islam sesudah memeluknya.

6. Fungsi Tayammum.
Seseorang yang berhalangan wudlu’, boleh bertayamum dan tiap-tiap tayammum hanya untuk satu sholat fardlu saja, tetapi boleh untuk mengerjakan sholat sunnat beberapa kali.
Jika hendak sholat fardlu lagi, wajiblah bertayammum lagi sekalipun tayammum yang pertama itu belum batal. Tayammum ini juga dapat mengganti mandi janabah, caranya sama dengan melakukan bertayammum biasa.
Tanah menjadi ganti air dalam tayammum, karena tanah mempunyai arti dalam kesucian ; yaitu merupakan benda yang bersih, karena itu tanah yang dijadikan pula satu pokok dasar untuk mensucikan tempat bekas jilatan anjing / babi.
Isi dunia ini tidak luput dari air dan tanah, tanah menampung air yang turun dari langit. Jika air tidak ada, maka tanah menjadi penggantinya. Menurut falsafah hidup, segala sesuatu akan kembali ke bumi / kembali ke tanah, yaitu asal kejadianya yang pertama kali.


F. Mengusap Khuffain.
Khuff ialah sepatu yang menutup rapat telapak kaki. Mengusap Khuffain adalah keringanan dalam Islam menyapu sepatunya itu dengan air waktu wudlu’ tanpa melepas sepatunya.
1. Syarat-syarat dibolehkan mengusap dua khuff dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Dua khuff (sepatu) itu menutupi bahagian kaki yang wajib dibasuh.
b. Keduanya dalam keadaan suci.
c. Keduanya kuat, dapat untuk berjalan.
d. Keduanya dipakai sehabis selesai bersuci.

2. Cara mengusapnya:
a. Dilakukan setelah mengerjakan / membersihkan anggota wudlu’ secara urut dan tertib, baru yang terakhir mengusap khuffain.
b. Diusapkan atau disapukan kebagian atas khuff dengan tidak usah mengusap bagian bawahnya.

3. Sebab-sebab batalnya mengusap khuffain :
a. Terbuka atau tanggal sendiri khuff itu.
b. Habis batas waktunya.
Keringanan ini diberikan bagi yang musafir selama tiga hari tiga malam sedangkan bagi orang yang bermukim (menetap) ia boleh menyapunya hanya untuk sehari semalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hai...... Makasih udah berkunjung di blog ku..... jangan lupa tinggalin komentarnya yach....
Makasih... ^_^