A. Pendahuluan
Psikologi pendidikan
adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar
(Whiterington, 1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan
yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar.
Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi
pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan
adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan
perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Karena
konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang
senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi
pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut
untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan
fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong
yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara
efektif.
B. Mendorong Tindakan Belajar
Pada
umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki
sejumlah besar pengetahuan tertentu, dan berkewajiban menyebarluaskannya
kepada orang lain. Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan
sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan
pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi
pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka
peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag mereka dapatkan
sebagai individu terdidik.
Anggapan-anggapan
seperti ini, meskipun sudah berusia cukup tua, tidak dapat
dipertahankan lagi. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan
sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap
dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu, semakin tidak relevan
lagi mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis
dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang
dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat
sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Gugus
pengetahuan yang dikuasai dan disebarluaskan saat ini, secara relatif,
mungkin hanya berfungsi untuk saat ini, dan tidak untuk masa lima hingga
sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya menjejalkan
informasi pengetahuan kepada subjek didik, apalagi bila hal itu terlepas
dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Namun
demikian bukan berarti fungsi traidisional pendidik untuk menyebarkan
informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini, dalam
batas-batas tertentu, perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan
dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yakni membantu subjek didik
untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke
dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa
menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di
dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual
yang setiap hari mengepung kehidupan mereka.
Sebagai
penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber
informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya
apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan
informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk
mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum
inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni
ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan
menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.
Dari
deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar
yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan
kemampuannya sendiri. Lebih jauh lagi, bila subjek didik berhasil
menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri. Faure (1972)
menyebutnya sebagai “learning to be”.
Adalah
tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi
berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif
itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi,
memberikan motif-motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Whiteherington, 1982:77). Inilah
fungsi motivator, inspirator dan fasilitator dari seorang pendidik.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Agar
fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat
dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor
itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor
fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor
lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek
didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil
belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi
pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan
tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material
pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih
kompeks.
Faktor
lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga
perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu
lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari
selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara
itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang
kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Yang
tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental,
baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak
(software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat
praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana
pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu
mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi
efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
Faktor
fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar
adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor
ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang
berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki
kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor
psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar,
jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara
terpisah.
Perilaku
individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan
aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara
berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan
motif.
2.1. Perhatian
Tentulah
dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif
dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif
ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.
Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa
melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan
material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif,
seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
Strategi
pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan
dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian
yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan
instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk
mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan
lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa
perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan
intensif dari pada perhatian yang disengaja.
2.2. Pengamatan
Pengamatan
adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan,
pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan
gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik,
dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk
kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu
memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan
secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu
yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi
tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan
kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih
banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Jika
demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat
peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang
optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga
yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan
sebagainya.
2.3. Ingatan
Secara
teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni
(1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan.
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu
didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan
mereproduksi kesan.
Kecakapan
merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan
inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam
konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik
pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan
sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu,
pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan”
juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material
pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu.
Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g
(gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal
lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat.
Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun
demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera
setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan
akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan
cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian
hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif
lama.
Untuk mencapai
proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog
pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam
proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek
didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang
telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui
pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan
resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang
telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan.
Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus
diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya
kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk
merespons tantangan-tangan dunia sekitar.
Pendidik
dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui
pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah
diberikan.
2.4. Berfikir
Definisi
yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep
(Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang.
Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan
hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi
seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat
dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan
tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan
pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.
Kemampuan
berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam
keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan
tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam
proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya
melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan
penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan
cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya,
para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian
pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan
mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka.
Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi
subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
2.5. Motif
Motif
adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari
rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat
menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut
motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri
subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang
subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih
dalam tentang sesuatu.
Dalam
konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya
berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup
potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya
motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui
penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek
didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau
berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor
suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang
negatif.
Motif ekstrinsik
bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni
menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini,
setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan
sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai
teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong
untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi
orang lain.
Pembahasan Tentang Pembawaan dan Keturunan
- Perbedaan Pembawaan dengan Keturunan
- Pengertian Pembawaan secara umum.
Pembawaan
adalah suatu sifat yang dimiliki individu bukan diturunkan dari orang
tua melainkan sifat yang merupakan anugerah dari Allah Swt.
Kata
“Pembawaan” mengandung arti yang lebih luas, yaitu semua sifat-sifat,
ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang dibawa sejak lahir.
Pembawaan
ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel benih yang akan
berkembang untuk mencapai perwujudannya. Andai kata ada seorang anak
yang ketika dilahirkan telah membawa suatu cacat pada bagian tubuhnya
(umpamanya berbibir sumbing, atau tiada berdaun telinga), dalam hal yang
demikian tidak dapat dikatakan atau bahwa hal tersebut karena
disebabkan oleh faktor-faktor turunan. Mungkin hal itu disebabkan karena
akibat yang terjadi dalam pertumbuhan embrio yang tidak normal,
umpamanya karena sang ibu suka minum-minuman keras dll. Jadi cacat
disini disebabkan karena faktor-faktor yang diperoleh dalam masa
pertumbuhannya atau dibawa sejak kelahirannya, bukan diperoleh melalui
keturunan.
- Pengertian Keturunan secara umum.
Keturunan
adalah suatu sifat yang kita miliki yang diturunkan berasal dari gen
orang tua. Keturunan juga merupakan sifat-sifat yang ada pada seseorang
yang diwariskan (ada persamaan dengan orang yang mewariskannya) melalui
sel-sel kelamin dari generasi yang satu kepada generasi yang lain.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa antara pembawaan dan keturunan sama-sama
merupakan sifat yang dimiliki individu, hanya saja sifat yang dimiliki
itu ada yang diturunkan melalui gen orang tua dan ada juga bukan
diturunkan dari orang tua melainkan merupakan anugerah dari Allah Swt.
- Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap perkembangan individu.
- Pengertian dan macam lingkungan.
Sartain
(ahli psikologis AS) mengatakan yang dimaksud dengan lingkungan
meliputi semua kondisi yang ada dalam dunia ini yang dengan cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan. Sartain membagi
lingkungan itu menjadi tiga bagian, yaitu:
- Lingkungan alam atau luar adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, iklim, air dan hewan.
- Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang telah termasuk kedalam diri yang dapat mempengaruhi fisik.
- Lingkungan sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi.
- Bagaimana Individu berhubungan dengan lingkungan.
Kepribadian
adalah organisasi dinamis dari sistem psikofisik dalam individu yang
turut menentukan cara-caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan. Menurut Woodwort cara-cara individu itu berhubungan
dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat :
- Individu bertentangan dengan lingkungan.
- Individu menggunakan lingkungannya.
- Individu berpartisipasi dengan lingkungan.
- Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti:
- Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan.
Contoh:
Mahasiswa yang belajar di negeri asing, Inggris misalnya, ia
menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan sosial disana. Ia mulai
belajar berpakaian panas dan tebal, bertingkah laku layaknya masyarakat
disana.
- Mengubah lingkungan sesuai dengan kehendak diri pribadi
Contoh: orang
transmigrasi jawa tengah ke sumatera atau kalimantan, meskipun
setibanya mereka di tempat yang baru itu mereka membuat dan mengatur
rumahnya serta ladangnya menurut apa yang telah biasa mereka lakukan
ditempat asalnya
PEMBAHASAN
Bakat & Minat
A. Arti Bakat
Bakat mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih
perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Bakat adalah kemampuan khusus yang
menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang.
Menurut Wood Wort dan Marquas bakat di masukan ke dalam kemampuan yaitu
aptatude as predictable achievment an can be me asured by specialy divised test
menurut ability mempunyai 3 arti yaitu:
- Achievement yang merupakan actual ability yang dapat di ukur langsung alat-alat tertentu
- Capacity yang merupakan potensi ability yang dapat di ukur secara tidak langsung melalui pengukuran terhadap kecakapan individu
- Aptitude yaitu kualitas yang hanya dapat di ungkapkan dengan test khusus
Bakat merupakan potensi yang masih memerlukan ikhtiar pengembangan
dan pelatihan sacara serius dan
sistematis agar dapat terwujud. Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan
alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baik yang bersifat umum
maupun yang bersifat khusus.
B. Fungsi Bakat
Ada
beberapa fungsi bakat yaitu:
-
Dengan adanya bakat, memungkin seseoranng untuk
mencapai prestasi dalam bidang tertentu
-
Dengan bakat juga dapat membuat orang menemukan jati
diri dan menentukan karirnya kelak
-
Dari bakat pula dapat membuat orang menjadi sukses dan
bahagia
-
Dengan bakat yang ada seseorang dapat memaksimalkan
kemampuannya dan mencintai pekerjaan yang di gelutinya tanpa adanya beban
Suatu hal yang dipandang secara evident bahwa seseorang akan berhasil
jika ia belajar dalam lapangan yang sesuai dengan baktnya demikian pula dalam
lapangan seseorang akan lebih berhasil jika ia bekerja dalam lapangan yang
sesuai dengan bakatnya.
C. Hubungan Bakat dengan Intelegensi
Bakat adalah kemampuan yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan
yang dimiliki seseorang dan intelegensi, kemampuan yang bersifat umum untuk
mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah hingga hubungan
keduanya sangat erat sekali dengan adanya bakat tertentu dapat membuat orang
mempunyai kecerdasan atau intelegensi menjadi lebih tinggi karena bakat membuat
sebuah prestasi dan dapat membuat orang mempunyai kemampuan tertentu sesuai
dengan bidangnya.
Perwujudan nyata dari bakat intelegensi (kemampuan adalah timbulnya
prestasi Utami menandar 1992) karena bakat dan kemampuan sangat menentukan
prestasi seseorang. Oleh sebab itu sangat besar sekali hubungan bakat dan
intelegensi dengan adanya bakat maka kita akan tau tingkat intelegensi atau
kemampuan seseorang.
D. Aspek-Aspek Bakat
a. Bkat umum apabila kesempatan yang berupa potensi
tersebut bersifat umum seperti: bakat intelegensi secara umum
b. Bakat khusus
misalnya, bakat akademik, sosial dan kinestetik.
Jenis bakat khusus ada lima
bidang yaitu:
-
Bakat akademik khusus untuk bekerja dalam angka-angka
dan logika Bahasa
-
Bakat kreatifproduktif
-
Bakat seni
-
Bakat kinestik/psikomotorik
-
Bakat sosial
Bakat itu mencakup 3 dimensi pokok yaitu:
- Dimensi Perseptual
- Dimensi Psikomotor
- Dimensi Intektual
- Dimensi perseptual meliputi kedalam persepsi:
-
Kepekaan Indra
-
Perhatian
-
Orientasi Ruang
-
Orientasi Waktu
-
Luasnya Daerah Persepsi
-
Kecepatan Persepsi
- Dimensi psikomotor mencakup:
-
Faktor Keturunan
-
Implus
-
Kecepatan Gerak
-
Ketelitian
-
Koordinasi
-
Keluasan(Flexibility)
- Dimensi intelektual mencakup:
-
Ingatan
-
Pengenalan
-
Evaluatif
-
Berpikir Konvergen
-
Berpikir Divergen
E. Bakat dan Minat
Menurut Fraeman (1963) bakat adalah sifat “yang memberi petunjuk akan
adanya kemampuan yang dimiliki seseorang dengan melalui latihan dapat
direalisir menjadi kemampuan” yang nyata.
Faktor yang mempengaruhi bakat yaitu:
- Kemampuan atau potensi individu yang di bawa sejak lahir
- Minat individu yang bersangkutan
- Motivasi yang dimiliki individu
- Nilai hidup yang dimiliki individu
- Kepribadian individu
- Maturity
Lingkungan juga memegang peranan yang sangat menentukan berkembang
tidaknya suatu bakat lingkungan dalam hal ini seperti:
-
Lingkungan Dalam Keluarga
-
Lingkungan Pendidikan
Minat adalah sikap jiwa seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi,
konasi, emosi), yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur
perasaan yang terkuat.[1]
Crow (1973) berpendapat ada 3 faktor yang mempengaruhi menjadi timbulnya
minat yaitu:
- Dorongan dari dalam individu, misalnya dorongan untuk makan
- Motivasi sosial dapat menjadi faktor yang menjadi/membangkitkan minat untuk melakukan sesuatu aktivitas tertentu, misalnya minat terhadap pakaian tinbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dari orang lain
- Faktor emosional berhubungan erat dengan emosi
Macam-macam minat berdasarkan timbulnya yaitu:
-
Minat primitif yaitu minat tang timbul karena biologis
tubuh
-
Minat kultural atau minat sosial adalah minat yang
timbulnya karena proses belajar
Macam-macam minat berdasarkan Arahnya yaitu:
-
Minat Intrinsik
-
Minat Ekstremik
Macam-macam minat berdasarkan cara mengungkapkan yaitu:
-
Minat Expressed
-
Minat mamfest Interest
-
Minat Tested
-
Minat Inventoried
F. Teknik Pengukuran Bakat
1. Multiple Aptitude Batteries yaitu test bakat yang
mengukur bermacam-macam kemampuan seperti pengertian Bahasa, kemampuan
angka-angka, penalaran dalam berhitung. Dari hasil test ini dapat dilihat
kemampuan, kekuatan atau kelemahan seseorang yang masing-masing dinyatakan
dalam angka-angka tersendiri,
2. Special Aptitude Test/single Aptitude test atau
test bakat khusus yaitu yang hanya mengukur satu bakat khusus tertentu sebagai
contoh:
- Musical Aptitude Test
- Artistical
- Cirerical
- Mathematical[2]
[1] Ahmadi,
Abu.Psikologi Umum.Jakarta: PT.Rineka
Cipta,1998.
[2] Dalyono,Psikologi Pendidikan,Jakarta: PT. Rineka Cipta,1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hai...... Makasih udah berkunjung di blog ku..... jangan lupa tinggalin komentarnya yach....
Makasih... ^_^